Minggu, 30 September 2012

The Reason of Living

Have you ever thought about our reason for living??
Have you ever given thought to that??

dua pertanyaan dari sebuah manga yuri membuat saya berpikir sejenak, tentang hidup, tentang alasan mengapa saya hidup.
pertanyaan sederhana, yang mungkin telah ada sejak manusia pertama mulai berpikir.
mengapa sebenarnya manusia perlu alasan untuk hidup, bukankah lebih mudah untuk tidak terlalu memikirkannya. seperti bernafas, kita tidak memikirkannya, hanya bernafas, malah sedikit melelahkan ketika kita harus sadar hanya untuk bernafas, kecuali ketika meditasi mungkin.

tiap orang pasti memliki jawaban yang berbeda ketika berusaha menjawab pertanyaan diatas. tergantung pemahaman, pengetahuan dan persepsi dia tentang hidup.
terkadang alasan yang sederhana seperti mencari kesenangan atau membahagiakan orang yang kita cintai sudah cukup menjadi alasan seseorang untuk tetap bertahan hidup.

setelah saya pikir kembali, sepertinya alasan hidup kita bisa jadi selaras dengan tujuan hidup kita. hal-hal apa yang ingin kita capai, ingin kita wujudkan.
semakin besar tujuan yang hendak kita capai, semakin yakin kita terhadap yang hendak dituju, semakin kuat alasan kita untuk mencapainya.
jadi, salah satu alasan terbesar kita hidup yaitu untuk mewujudkan tujuan.
apa tujuanmu . .
uang??
kekuatan??
wanita??
dunia??
pengakuan??
ridho Sang Pencipta??
isi sendiri??
 
apapun tujuannya yang penting minumnya tetap aqua . .
-----------
apapun tujuanmu, sedikit banyak akan tercermin dari kepribadian yang tampil.
gapailah tujuan hidup yang mulia, jadilah manusia yang mulia.



Selasa, 11 September 2012

Catatan Ramadhan

Ramadhan telah lewat beberapa minggu.
Diantara kita mungkin ada yang kangen ada juga yang senang.
Saya dapat mengerti kedua-duanya.
Saya kangen ramadhan karena dialah bulan yang paling istimewa dimana pahala dilipatgandakan dan setan dibelenggu.
Terkadang saya juga merasa senang sebab tak perlu lagi menahan hawa nafsu, tak perlu lagi menahan lapar dan haus, dan bisa makan sepuasnya bagai gluttony.

Ada orang yang terus menghidupkan semangat ramadhannya di bulan-bulan berikut dengan tetap rajin beribadah. Tak sedikit pula yang berkebalikan dengannya.
Saya sendiri termasuk yang biasa-biasa saja, ramadhan kemarin, seperti ramadhan sebelum-sebelumnya terasa kurang maksimal.
Tidak khatam qur'an, sholat malam kadang-kadang, terlalu banyak tidur siang.
Entahlah, mungkin saya terlalu optimis masih akan mendapat ramadhan tahun depan.
Mungkin itu dia sebabnya, saya terlalu meremehkan kematian, saya masih merasa sanggup untuk hidup berpuluh tahun kedepan.
Padahal siapa yang tahu . .
Mungkin kalau Alloh ngasih tahu kalo hidup kita tinggal sebulan atau beberapa hari lagi, tentu tak segan kita untuk banyak beribadah, berdakwah dan menuntut ilmu.
Akan segan kita melakukan dosa dan perbuatan yang sia-sia.

Pola pikir seperti itulah mungkin yang harus ditanamkan dalam diri, seperti wasiat Rosul Alloh,

 "Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu (ibadah) seolah-olah kamu akan mati besok pagi" (HR. Imam Al Baihaqi)

Bahkan hadits diatas sudah saya kenal bertahun lamanya.
Kita adalah manusia yang lemah, siapakah diantara kita yang  berani menjamin bahwa esok masih akan bertemu matahari.

Sebelum maut menjemput pergunakanlah waktu untuk beramal sholeh dan saling menasehati dalam kebaikan. 


Senin, 10 September 2012

Review : Perahu Kertas


Telah lama saya tak membaca sebuah novel, terlebih novel bergenre populer seperti perahu kertas.
Sebuah kisah cinta meski sudah biasa tetap saja banyak orang yang suka, dengan berbagai konfliknya, lika-liku, ending yang tragis maupun yang berakhir bahagia.
Mengisahkan perjalanan cinta Kugy dan Keenan.
Kugy yang kecil, cuek, aneh dan bermimpi untuk menjadi seorang penulis dongeng
Keenan yang kalem, cerdas dan memiliki bakat melukis yang luar biasa

Novel ini sangat mudah dicerna, ceritanya mengalir dengan bahasa yang mudah dipahami. Tak ayal saya dapat menamatkannya dalam satu hari.
Bahkan alurnya-pun bisa ditebak dengan cukup mudah. Terlalu banyak kebetulan dalam novel ini dan endingnya mungkin bisa membuat para pembaca senang.
Untuk yang menyukai FTV dan cerita cinta yang sering diputar di layar lebar, saya yakin mereka akan menyukai novel ini.

Saya menyukai karakter kugy yang cuek, spontan tapi tetap menghidupkan mimpinya untuk menjadi penulis dongeng, meski harus berputar-putar dulu untuk mencapainya.
Ceritanya memang biasa-biasa saja, namun ada beberapa bagian yang suka sukai.

Novel ini cocok dibaca kalo kamu lagi ga ada kerjaan, atau lagi pengen baca novel fiksi yang ringan, atau kalo kamu males dengerin dosen di kelas.
saya kasih 3,5 dari 5 untuk novel ini.





Minggu, 09 September 2012

Biasa Nulis

Minder rasanya setiap kali membandingkan tulisan saya dengan tulisan orang lain yang diam-diam saya baca. Entah itu novel, non-fiksi, atau artikel-artikel yang bertebaran di blog-blog. Ada orang yang sering sekali meng-update blognya, namun ada juga orang, seperti saya, yang sejak membuat blog ini pada tahun 2010 baru menelurkan tulisan kurang dari sepuluh biji, naas.
Sering saya bertanya-tanya , apa yang mereka lakukan hingga bisa membuat tulisan yang bagus. Mungkinkah mereka dilahirkan untuk itu?? memiliki talenta yang luar biasa untuk merangkai kata. Bisakah orang biasa seperti saya seperti mereka.

Beberapa waktu yang lalu saya membca sebuah buku yang cukup ringan, berjudul How To Master Your Habits karangan Ust. Felix. Bukunya kecil, tidak butuh lama untuk menamatkannya. 

Menarik bahwa buku ini memaparkan bahwa untuk menguasai suatu keahlian kita tidak harus terlahir dengan bakat atau memiliki motivasi yang kuat, meski tentu saja menurut saya kedua hal tersebut bisa memberikan pengaruh yang cukup besar.


Dari judul bukunya udah bisa kita tebak bahwa senjata untuk menguasai itu tidak lain adalah habit, kebiasaan.
Di awal bukunya sang penulis mengarahkan pembacanya untuk membaca tulisan arab gundul, tentu saja saya sedikit terbata-bata. Di halaman berikutnya arab gundul masih ada, cuman yang ini beda, saya faham betul tulisan itu walau gak ada harokatnya. Kenapa? karena setiap hari di setiap rakaat sholat saya selalu membacanya. Walau gundul, lancar sekali membacanya. Kalo kata penulisnya sih karena kita udah biasa baca Al-fatihah, jadi walaupun gundul tetap lancar jaya.

Nulis juga gitu, kalo kita pengen jadi ahli dalam tulis menulis, mulailah kebiasaan menulis. Cuman itu dia, memulai kebiasaan baru emang agak-agak susah. Untuk sebagian orang, termasuk saya, keinginan untuk membentuk kebiasaan atau merubah kebiasaan biasanya menggebu-gebu pas awal aja, kesini-kesininya malah melempem. Mungkin banyak yang seperti saya saat Ramadhan kemarin. Niatnya sih pengen namatin Al-Qur'an namun apa daya, bacanya hanya di awal-awal aja.

Lalu gimana dong supaya kebiasaan yang baik itu, apapun, bisa kita bentuk. Rumus sederhanya yaitu Practice dan Repetition. Latihan dan pengulangan akan membentuk sebuah habit. Practice + Repetition = Habit. Simple bukan, namun susahnya minta ampun. Yang susah tentu saja pengulangan itu. Untuk menjadikan sholat tahajud sebuah kebiasaan misalnya, penulis menganjurkan agar kita melaksanakannya setiap hari setidaknya dalam satu bulan dan jangan ada satu haripun yang lewat, dan terus dipelihara sepanjang hayat.

Kebiasaan menulis bisa dimulai dengan mendisplinkan diri kita untuk menulis setiap hari atau dalam rentang waktu tertentu, apapun  itu, tulis saja.
Selain itu tentu saja kita harus rajin membaca untuk menambah wawasan sehingga tulisan kita lebih berwarna.



Sabtu, 08 September 2012

cerita tentang kupu-kupu

Tahukah kalian tentang butterfly efect.
sebuah teori yang menyatakan bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil dapat menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian.

Saya tak akan panjang lebar menjelaskannya pada kalian, pelajarilah sendiri jika memang mau.

Yang mau saya sampaikan disini adalah bahwa sebuah akibat bisa terjadi karena berbagai sebab, baik satu maupun banyak, besar maupun kecil.

Beberapa saat yang lalu secara iseng saya membaca sebuah notes 
di facebook, tentu saja ada hal tentang saya-nya disitu.

Di masa yang lalu saya pernah menjadi kontributor untuk sebuah bulletin di sekolah. Tak ada yang istimewa padanya, tak juga banyak yang membacanya. Hingga suatu hari beberapa tahun kemudian ada seseorang yang dengan terang-terangan menuliskan bahwa tulisan saya telah begitu mempengaruhinya.
Baru kali ini saya mendapatkan apresiasi seperti itu, tentu saja saya sedikit terharu dan senang bahwa tulisan itu, yang materinya sedikit banyak saya sadur dari mana-mana, bisa membawa manfaat yang baik, setidaknya untuk seseorang tersebut.

Saya merasa senang untuknya namun saya bersedih atas diri saya sendiri.
Terang saja, saya sedikit melupakan tulisan tersebut, secara harfiah dan maknawi, juga fakta bahwa saya pernah membuat tulisan seperti itu. Well, saya sebenarnya menitikkan sedikit air mata.

Untuk itu, sepantasnya sayalah yang berterima kasih. Saya tak dapat memberikan sebanyak 5 truk terima kasih seperti yang kamu beri. Saya hanya ber-Terima Kasih.

Lihaktan, sesuatu yang mungkin kita anggap biasa-biasa saja bisa memberi pengaruh yang cukup besar bagi orang lain.
Marilah berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya, mungkin tidak serta merta kita merasakan efeknya, namun bukankah kita percaya, bahwa Raqib selalu mencatatnya.